Assalaamualaikum Wr, Wb. Selamat datang di Rumah Kami Hafiza.Blogspot, Ambil Yang Bermanfaat dan Berlakulah Kalian Selayaknya Tamu Di Rumah Kami Hafiza.Blogspot. Wassalaamualaikum Wr, Wb.

Selasa, 15 Juni 2010

the prophet Muhammad story to Mu'adz (about angels - part: 4)


بِسْــــــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيمِ

Cerita Rasulullah SAW kepada Mu’adz (tentang Malaikat)bagian ke empat

Tapi firman Allah: “Kalian adalah Hafadzah, pencatat amal hambaKu, sedang Akulah yang mengintip hatinya, amal yang ini tidak karena Aku, yang dimaksud olehnya itu adalah selain daripadaKu, tidak diikhlaskan kepadaKu. Aku lebih mengetahui daripada kamu apa yang dimaksud olehnya dengan amalnya itu. Aku laknat mereka, menipu kepada orang lain dan juga menipu kepadamu (Malaikat-Malaikat Hafadzah) Tapi Aku ini tidak akan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal yang ghaib-ghaib.. Akulah yang melihat isinya hati, dan tidak akan samar kepadaKu setiap apapun yang samar, tidak akan tersembunyi bagiKu setiap apapun yang sembunyi. PengetahuanKu atas apa yang telah terjadi, sama dengan pengetahuanKu akan apa yang bakal terjadi. PengetahuanKu atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuanKu kepada apa yang akan datang. PengetahuanKu kepada orang-orang yang terdahulu sebagaimana pengetahuanKu kepada orang-orang yang kemudian.

“Aku lebih tahu atas apapun yang lebih samar daripada rahasia, bagaimana akan bisa hambaKu dengan amalnya itu menipu kepadaku, bisa juga mereka itu menipu kepada makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui kepada yang ghaib-ghaib. LaknatKu tetap kepadanya.”

Kata ketujuh Malaikat dan 3000 Malaikat yang menyertai: “Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknatMu dan laknat kami semua bagi mereka.”

Maka semua yang ada dilangit mengucapkan: “Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang-orang yang melaknat.”

Sayyidina Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis dengan terisak-isak, dan berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari apa yang diceritakan baru saja?”

Sabda Rasulullah SAW.: “Hai Mu’adz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan!”

Aku bertanya kembali: “Gusti tuan ini adalah Rasulullah, sedang saya ini adalah si Mu’adz bin Jabal bagaimana saya bisa selamat dan bagaimana saya bisa terlepas dari bahaya tersebut?”

Bersabda Rasulullah SAW.: “Ya begitulah, seandainya dalam amalmu ada kelengahan, maka tahanlah mulutmu jangan sampai menjelekkan orang lain dan juga kepada saudara-saudaramu sesama Ulama. Apabila kamu hendak menjelekkan orang lain, harus ingat kepada dirimu sendiri sebagaimana engkau pun tahu bahwa dirimupun penuh dengan aib-aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain. Jangan riya dengan amalmu agar amalmu itu diketahui orang lain. Dan janganlah kamu termasuk kedalam golongan orang yang mementingkan keduniaan dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik olehmu. Dan janganlah takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia akhirat. Dan jangan berkata kasar dalam satu majlis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlakmu. Jangan membangkit-bangkit apabila kamu berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan sebab mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahanam yakni sebagaimana firman Allah: “WANNAASYITHAATI NASYTHAA”

Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia. Jadi mengoyak-ngoyak daging dari tulang.

Aku berkata: “Ya Rasulullah, siapa yang kuat menanggung penderitaan semacam ini.”

Jawab Rasulullah SAW.: “Mu’adz, yang kami ceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT., cukup untuk menggalang semua itu. Kamu harus menyayangi orang lain sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri. Dan benci kepada orang lain apa-apa yang dibenci oleh dirimu sendiri. Apabila demikian maka kamu akan selamat dan pasti dirimu akan terhindar.

Kata Khalid bin Ma’dam (yang meriwayatkan hadits tersebut dari Sayyidina Mu’adz): “Sayyidina Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya membaca Al-Qur’an dan mempelajari hadits ini sebagaimana mempelajari Al-Qur’an dalam majlisnya.”

Maka setelah kalian mendengar hadits ini yang demikian luhur beritanya, yang besar bahayanya dan atsarnya yang menyakitkan. Serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta membingungkan akal dan menyempitkan dada serta penuh dengan hura-hura yang mengagetkan.

Nah, apabila kamu telah mendengarnya, maka kamu harus berlindung kepada Tuhanmu, Tuhan seru sekalian alam. Diam dipintu, mudah-mudahan saja dibukakan dengan lemah lembut/merendahkan diri dan mendo’a, menjerit dan menangis semalam-malaman. Juga disiang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri yang menjerit dan berdo’a kehadirat Allah. Sebab tidak akan bisa selamat dalam urusan ini kecuali dengan adanya rahmat Allah SWT., dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di laut ini kecuali dengan penglihatan dan taufiqNya dan inayat daripadaNya.[*]

Menuju Mukmin Sejati - Imam Al-Ghazali

baca dari awal? silahkan klik
Cerita Rasulullah SAW kepada Mu’adz (tentang Malaikat)bagian pertama